Sabtu, 06 Desember 2014

 RAHASIA KU DAN LANGIT MENDUNG

Di keramaian rintik hujan yang turun mengingatkan ku akan rahasia-rahasia di balik luka yang ku sembunyikan. Sebenarnya aku tak mau mengingat luka itu, Namun setiap kali Mendung hadir diiringi turunnya hujan aku tak pernah berhenti bertanya.
“Apakah kau tau jika aku terluka?”
“Atau… Apakah kau telah benar-benar lupa akan diri ku?”
Itu hanya sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak ku, dari sekian banyak pertanyaan ku tak ada satu pun pertanyaan yang aku temukan jawabannya.
Aku benci mendung karena mendung mendatangkan hujan, keadaan yang demikian membuat ku merasa sepi seorang diri, dimana segala aktifitas ku di luar terhenti karena hujan dan semua itu berawal karena mendung. Akhirnya aku hanya memikirkan masalah ku sendiri, kesibukan yang lain terabaikan oleh ku. Masalah luka ini selalu menjuarai dari sekian banyak masalah yang ada dalam diri ku dan tak heran jika aku larut dalam luka itu ketika aku merasa seorang diri.
Hati ku pernah terluka tepatnya 2 tahun lalu, bukan untuk yang pertama kalinya melainkan itu yang kesekian kalinya, tapi luka itu merupakan kali pertamanya aku merasakan sakit yang teramat perih dari luka ku yang sebelumnya, waktu 2 tahun tak mampu membuat ku lupa akan kenangan bersamanya dan rasa sakit yang ia berikan pada ku, aku tak berharap lebih untuk dapat melupakan semua kenangan dan rasa sakit itu sepenuhnya dalam waktu sekejap, setidaknya untuk beberapa waktu saja, sampai rasa sakit hati ku itu hilang. Namun, rasanya semua itu mustahil terjadi, buktinya 2 tahun lebih waktu telah berlalu akan tetapi semua tetap sama, semua hal tentang rasa sakit itu masih saja sesukanya menghantui fikiran ku. Aku bingung harus berbuat apa untuk dapat mengatasi rasa sakit itu. Segala usaha telah aku lakukan, Namun asa ku tetap tak mampu, yang aku dapat hasilnya tetap saja nihil.
Hemmm… Tak ada yang dapat aku salahkan dalam hal ini, kalaupun ada itu hanyalah aku seorang. Akulah yang salah mengapa terlalu menaruh harap lebih terhadap rasa ku dan rasanya yang tak pernah satu rasa. Mungkin itu lah sebabnya Tuhan menciptakan sebuah perpisahan, karena perpisahan terjadi sudah pasti ada pertemuan, dan itu salah satu cara Tuhan mengajarkan insan-Nya menjadi lebih baik lagi. Dan di balik luka ini pasti ada hikmah yang diajarkan Tuhan kepada diri ku. Itulah sebabnya mengapa aku sangat membenci mendung, karena ketika itu aku selalu teringat akan masalah luka yang amat sangat sulit untuk disembuhkan.
Tubuh ku gemetar seketika aku tersadar aku telah kedinginan, entah telah berapa menit aku habiskan selama duduk di lantai teras rumah ku sore itu. Tuhan telah menyadarkan ku betapa egoisnya aku yang terlalu larut akan masa lalu, bukankah masih banyak hal yang harusnya aku fikirkan, yang lebih penting dari pada hal itu, alangkah meruginya diriku telah menghabiskan waktu untuk memikirkan orang yang belum tentu memikirkan ku. Bodoh… aku terlalu naïf untuk mengakui kebodohan ku, lagi-lagi Tuhan menyadarkan aku bahwa mendung dan hujan itu tak layak untuk dibenci, melainkan untuk disyukuri sebagai anugerah dari-Nya. Sejak saat itu dengan penuh kesadaran dan keyakinan aku bertekat untuk tidak membenci mendung dan tidak mengungkit luka itu lagi, biarlah luka itu menjadi rahasia yang akan berubah menjadi cerita di kemudian hari.
Semua luka ini memang sulit ku terima tapi kini hanya ada satu permasalahan saja, Bukan aku tak sanggup namun hanya aku belum sanggup menerimanya. Tentang rasa sakit ini biarlah waktu yang menyembuhannya, bukan karena bantuannya, mereka, atau siapapun. Karena waktulah yang akan lebih baik menyembuhkan ku. Aku seperti mendapatkan hidayah. Lega rasanya, tak ada rasa benci dan rasa sakit hati, Semua perasaan itu hilang seketika. Kemudian aku beranjak dari tempat aku duduk dan bergegas melangkah masuk ke dalam rumah.
THE END

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda